wallpaper

”Advertisement”

Selasa, 03 Februari 2015

Logo Semeton Arya Wang Bang Sidemen



Sesuai dgn Keputusan Mahasabha III Pesemetonan Arya Wang Bang Sidemen Prov.Bali, No:016/MHS.III/P-AWBS/V/2015, BAB XII Pasal 30 mengenai bentuk dan makna lambang pesemetonan.
-Bentuk lambang adlh segi empat dgn perbandingan 2;3
 -Warna dasar merah hati sebagai lambang keberanian
 -Panah warna kuning emas sbg simbol bahwa hati & pikiran yang suci & nirmala menuju tujuan hidup yaitu moksartham jagadita ya ca itti dharma
-Pasepan sbg simbul tmpt bahan harum yg melambangkan kesucian sbg sarana dlm menjalani kehidupan. -Genta sbg simbul bahwa keturunan AWBS adlh keturunan Brahmana & sbg penghargaan ciptaan Ida Bhatara Kawitan 
-Anak alit di atas pasepan sbg simbol bahwa warga AWBS ingin selalu mengikuti jejak Ida Bhatra Danghyang Siddimantra yg selalu berpikir, berkata 7 berbuat baiksbgmana anak kecil yg masih bersih & suci (listu Ayu) 
-Dua buah lingkaran sbg simbul keadilan & keabadian dalam persatuan dan perjuangan. Dari penjelasan tsb d atas, saya mencoba menggambarkan kembali lambang tersebut semoga dpt dipergunakan sbg alat pemersatu semeton Ageng Arya Wang Bang Sidemen. Ampura yening wenten iwang lan kekurangan.

Senin, 02 Februari 2015

Hubungan Arya Wang Bang Sidhemen Dengan Sejarah Desa Kedisan Gianyar




Sejarah Desa Kedisan Sejarah Desa Kedisan, Kecamatan Tegallalang , Kabupaten Gianyar, Bali Menurut lontar " Arya Bang Sidemen " koleksi dari Ketut Sudarsana, Banjar Basangtamiang, Kapal, Mengwi, Badung, tersebut Ida Penataran, menikahi putra Kyayi Agung Petandakan yang bernama I Gusti Ayu Bringkit, dari treh Shri Nararya Kepakisan. Ida Penataran juga bergelar I Gusti Kacang Pawos (Anglurah Sidemen I) atau juga I Gusti Kacang Dawa, bergelas I Gusti Kacang Pawos karena beliau berpuri di Kacang Pawos. Beliau dikaruniai du putra yaitu : I Gusti Ngurah Dimadè (Anglurah Sidemen II)dan adiknya dari lain ibu bernama I Gusti Ngurah Bija. I Gusti Ngurah Dimadè dititahkan oleh sang ayah untuk berpuri di Sindumerta (Sidemen), yang tujuanya agar dekat dengan Khayangan Besakih. Mulai saat itu bergelar I Gusti Ngurah Singarsa, yang menurunkan Arya Wang Bang Sidemen. Pada candra sangkala : Indra Sangara Tasiking Bhumi (5441), tahun isaka 1445, tahun masèhi 1523, dikerajaan Gègèl muncul perselisihan antara raja dan pengabdinya yang tanpa diketahui latar belakang masalahnya dengan pasti, untuk itu I Gusti Kacang Pawos atau juga I Gusti Kacang Dawa (Anglurah Sidhemen I), meninggakan wilayah menuju kesuatu tempat, dan akhirnya beliau tiba di Dèsa Aan Klungkung. Setibanya di Dèsa Aan Klungkung belau diterima oleh Ki Pasek Katrangan, keturunan dari Pasek Gègèl. Setelah kurang lebih lima tahun Beliau I Gusti Kacang Dawa (Anglurah Sidhemen I) tinggal di Dèsa Aan Klungkung, akhirnya pada candra sangkala : Windhu Wisaya Warihing Prabu (0541), tahun isaka 1450, tahun masèhi 1528, beliau I Gusti Kacang Dawa (Anglurah Sidhemen I) akhirnya berkeinginan untuk meninggalkan Dèsa Aan, untuk mengiringi kepergian I Gusti Kacang Dawa (Anglurah Sidhemen I), maka putra dari Ki Pasek Gègèl Aan yang bernama Ki Pasek Ktrangan agar mengiringi beliau menuju suatu wilayah yang lebih nyaman, disamping itu pula diberikan Gelung Panji sebagai tanda kesetian ( gelung panji tersebut masih tersimpan di pura pasek kedisan, versi lontar brahmana purana ). Tidak dikisahkan perjalanan beliau bersama rombongan akhirnya I Gusti Kacang Dawa (Anglurah Sidhemen I), tibalah disuatu tempat yang terasa aman ( yang dalam bahasa bali kuno disebut dengan Jelujuh ) disanalah beliau bersama rombongan membuat tempat tinggal dan membuka lahan perkebunan, dan setelah beberapa lama berada diwilayah yang baru tersebut, akhirnya I Gusti Kacang Dawa (Anglurah Sidhemen I) bersama dengan Ki Pasek Katrangan, berkeinginan untuk mendirikan sebuah dèsa, dilakukan musyawarah tentang letah dèsa tersebut. Dalam muysyawarah tersebut disepakati untuk membuat dèsa disebelah timur laut dari tempatnya berkebun ( kebwan/kebon). Wilayah timur laut tersebut adalah hutan belantara, yang banyak dihuni oleh burung beranèka species (paksya), dan paksya dalam bahasa bali lumrah disebut dengan nama kedis, dan mengingat kedatangan I Gusti Kacang Dawa (Anglurah Sidhemen I) dan rombongan dari Dèsa Aan, maka Dèsa atau wilayah tersebut diberi nama Kedisan. Secara resmi Dèsa Kedisan berdiri pada Apuy Awtaraning Jaladhi Candra (3641), tahun Isaka 1463, tahun Masèhi 1541. Dimana penduduknya bukan orang Bali Mula, melainkan penduduk Aga dari Gunung Raung Jawa Timur menjadi iringan Rsi Markandya sekitar 800 orang ( lontar markandya purana). Pada saat ini Kedisan merupan pusat pemerintahan Dèsa, yang terdiri dar 7 Banjar Dinas yaitu : 
1. Banjar Dinas Kedisan Kaja
2. Banjar Dinas Kedisan Kelod 
3. Banjar Dinas Pakudui 
4. Banjar Dinas Kebon 
5. Banjar Dinas Tangkup 
6. Banjar Dinas Cebok 
7. Banjar Dinas Bayad Demikian sekilas sejarah Dèsa Kedisan.

sumber: gwidiantara.blogspot.com

Ikatan Persaudaraan Dengan Jro Gede Sumerta Denpasar

Ya Tuhan semoga tidak mendapat halangan.

    Ong pranamyam sira sang siwyam, bhukti mukti hitarratam,
    prawaksye tatwa wijnevah, wisnwangsa patayo swaram.
    Sira ghranestyam patyam, rajasityam mahabalam,
    sawangsanira mangjawam, bhuphalakarn patyam loke.

    Ong nama dewa ya.

Sembah hamba ke hadapan Batara junjungan, daulat paduka leluhur yang
telah menjadi batara, Engkau yang menganugerahi kehidupan (makanan) dan
kebahagiaan, keberhasilan dalam segala kehendak, senantiasa bersemayam
dalam perasaan dan pikiran, dipuja agar merestui, para bijak di
lingkungan keluarga memohon untuk menyebarkan cerita ( sejarah ) ini,
yang berkenaan dengan kewajiban seorang raja, menerangi dan menjadi
contoh di dunia, akan diuraikan tentang silsilah keturunan oleh beliau
junjungan utama yang telah sempurna. Pada awalnya dimulai. Selamat dan
panjang usia, terhindar dari kutuk celaan fitnah bagaikan terkena racun,
semoga terus dijunjung di dunia. Ya Tuhan semoga menemukan keberhasilan.

Walau adanya sedikit perbedaan versi dan cerita saya memasukan ini sebagai refrensi tambahan, kemungkinan adanya ikatan persaudaraan dengan Jro Gde Sumerta di Denpasar, walaupun belum sempat ada konfirmasi sebelumnya, saya berharap dengan adanya kutipan artikel ini, adanya jalan penerang mengenai kebenaran leluhur dan sejarahnya... mudah2an ada dari keluarga besar Jero Gede Sumerta yang membaca blog ini dan bisa mengkonfirmasi kebenaran artikel ini yang saya kutip dari sumbernya...

Silsilah Keluarga, Jero Gde Sumerta. Berdasarkan hasil “Nunas Pemargi
Nyeraya” di Merajan Agung Sumerta, pada tanggal 30 april 2008.
“PemargiNyeraya” di puput oleh Tu Aji Mangku Ida Bagus Sudarsana,
diperoleh “Bawos” :

  * Dikisahkan terjadi perang antara Sidemen denganSukahet dan Sukahet
    kalah dan melarikan diri
  * Beliau yang Bernama I Gusti Ngurah Manik Sidemen yang terus mengejar
    Gusti Sukahet yang melarikan diri, sampai beliau kehilangan jejak di
    Kertalanggu, Kesiman
  * Didengar oleh penguasa Kesiman saat itu di Puri Pemayun, diminta
    menghadap karena telah memasuki wilayah Kesiman
  * Beliau I Gusti Ngurah Manik Sidemen menceritakan kehilangan jejak di
    Kertalanggu dalam perjalanan mengejar musuh dari Sukahet yang
    bernama I Gusti Ketut Jiwa
  * Mengingat Beliau I Gusti Ngurah Manik Sidemen merupakan penguasa di
    Sidemenmaka beliau diterima dengan baik oleh Penguasa Kesiman di
    Puri Pemayun .
  * Beliau I Gusti Ngurah Manik Sidemen diminta untuk tinggal dan
    diangkat menjadi “Sedahan” dan bertempat tinggal di Sumerta dan
    menurunkan “Pretisentana”Jero Gede Sumerta sampai sekarang

sumber: aryasidemen.wordpress.com

Ikatan Persaudaran Dengan I Gusti Kubayan Sakti

                                                       I Gusti Kubayan Sakti

Sekarang kembali diceriterakan I Gusti Kubayan Sakti, putra kedua dari
Ida I Gusti Anglurah Sidheman Gunung Agung (Anglurah Sidhemen II), atau adik dari Ida I Gusti
Anglurah Sidheman Kaler Dimade (Anglurah Sidhemen III), yang berdiam di pasraman Ida Bhatara
Danghyang Bang Manik Angkeran di Besakih.

Beliaulah yang melanjutkan pelaksanaan upacara di Kahyangan Besakih,
serta menyelesaikan selengkapnya hal-hal yang ada di Besakih. Beliau
mempunyai putra dua orang:

  * I Gusti Ngurah Mangku Sidemen, berdiam di *Jero Meregan*, Besakih
  * I Gusti Mangku Kubayan, berdiam di *Delod Sisi*, besakih.


Kemudian berdua itu melaksanakan dwijati serta diberikan pegangan
masing-masing satu buah yakni agar mengingatkan pekerjaaan ayah-ayah di
Pura Besakih, yang dibagi dua bagaikan akasa dengan pertiwi.
Yang satu agar mengingatkan wilayah yang dinamai Luhuring Ambal-ambal,
memiliki pembantu atau petangan empat orang yakni :

  * Ki Tinggi,
  * Ki Tincap,
  * Ki Pageh serta
  * Ki Patuh.


Yang satunya lagi mengawasi serta melakukan kebersihan di wilayah yang
dinamai Soring Ambal-ambal, memiliki pembantu petangan tiga orang yakni:

  * Ki Dangka,
  * Ki Gaduh dan
  * Ki Pejengan.


I Gusti Ngurah Mangku Sidemen mempunyai putra tiga orang:

  * I Gusti Mangku Mumbul,
  * I Gusti Ngurah Badeng, pindah ke Payangan Muncan,
  * I Gusti Ngurah Wingin pindah ke Babakan, Selat.


I Gusti Mangku Mumbul berputra tiga orang:

  * I Gusti Wayan Ketab,
  * I Gusti Mangku Gede serta
  * I Gusti Nyoman Putu.


I Gusti Wayan Ketab berputra tiga orang:

  * I Gusti Ayu Windi kawin ke Babakan,
  * I Gusti Aji Gedab,
  * I Gusti Aji Besakih, nyeburin ke Payangan mempunyai putra seorang
    yakni I Gusti Ayu Kaler.


I Gusti Mangku Gede memiliki tiga orang putra:

  * I Gusti Made Gejir,
  * I Gusti Nyoman Gunung,
  * I Gusti Ketut Karang.


I Gusti Nyoman Putu memiliki putra tiga orang:

  * I Gusti Wayan Mandi,
  * I Gusti Made Manda,
  * I Gusti Nyoman Opa.


Diceriterakan I Gusti Ngurah Badeng memiliki dua orang putra:

  * I Gusti Made Rentang, memiliki putri satu orang bernama I Gusti Ayu
    Ratih,kaceburin dengan bersuamikan I Gusti Aji Besakih, tidak
    memiliki keturunan.
  * I Gusti Nyoman Sepel


I Gusti Nyoman Sepel, memiliki dua isteri, di antaranya seorang selir –
tidak diupacarai. 
Isteri yang lebih tua melahirkan tiga putra:

  * I Gusti Uda,
  * I Gusti Tengah Rida pindah ke Padang Tunggal, serta
  * I Gusti Bukit pindah ke Pangsaan.


Isteri selir itu memiliki putra satu orang:

  * I Putu Astra, bertempat tinggal di Payangan Susut.


Diceriterakan I Gusti Ngurah Wingin, memiliki putra empat orang:

  * I Gusti Ngurah Lengar,
  * I Gusti Ngurah Butuh,
  * I Gusti Made Daya,
  * I Gusti Nyoman Temu, tidak memiliki keturunan.



I Gusti Ngurah Lengar mempunyai satu orang putra I Gusti Wayan Atur.
I Gusti Ngurah Butuh memiliki putraI Gusti Wayan Lipur.
I Gusti Made Daya berputra I Gusti Made Kanca mengambil isteri ke
Besakih bernama I Gusti Ayu Windi .

I Gusti Mangku Kubayan mempunyai putra tiga orang:

  * I Gusti Dangin Kebayan,
  * I Gusti Baledan di Selat serta
  * I Gusti Putu Kebon.

demikianlah keturunan I Gusti Kubayan Sakti trah Ida Wang Bang Manik
Angkeran.

Ikatan Persaudaraan Dengan Ida I Dewa Anom Pemahyun (putra Dalem Seganing) (Puri Sidemen)






Tahun Çaka 1572 Kyayi Lurah Singarsa menghadap Dalem Seganing, memohon agar cucu baginda berkenan menerima putrinya sebagai: permaisuri, Ida I Dewa Anom Pemahyun (putra Dalem Seganing) sebagai penguasa daerah Singarsa (Sidemen) dengan Bagawanta Mpu Sukaton (Ida Pedanda Wayahan Buruan). Dalem Seganing wafat tahun Çaka 1517. Digantikan oleh putra yang sulung yaitu Ida I Dewa Anom Pemahyun. Terjadi perebutan kekuasaan, Ida I Dewa Anom Pemahyun pindah ke Purasi. Tahta kerajaan digantikan oleh adiknya Ida I Dewa Dimade (Dalem Dimade) dengan patih Kryan Agung Maruti Dimade, Ida I Dewa Anon Pemahyun serta putranya yaitu Ida I Dewa Anom Pemahyun Dimade bermukim di Purasi. Sempat menyebarkan para Arya dan Pasek ke desa- desa untuk mengaturnya. Kemudian, baginda pindah ke Tambega (Desa Ababi ) Pedanda Sakti Peling, pindah dari Gelgel ke Ulah Desa Sidemen. Ida I Dewa Anom Pemahyun Dimade pindah dari Tambega ke Sidemen, menikah dengan I Gusti Ayu Sapuh Jagat, berputra Ida I Dewa Agung Gde Ngurah dan Ida I Dewa Agung Ayu Gde Raka Pemahyun.

Ikatan Persaudaraan dengan Puri Agung Denpasar








Diceritakan bahwa Kyai Ketut Pemedilan atau Anglurah Pemecutan I menikah dengan warih Penataran Sidemen (Arya Wang Bang Sidemen) yang bernama I Gusti Ayu Tegal Sidemen. Diperkirakan pertemuan nya terjadi ketika membantu pemberontakan Kryan Agung Maruti di Gelgel, dimana sama2 berada di pihak Ida I Dewa Agung Jambe untuk mengembalikan kekuasaan Beliau di Gelgel.
Buah dari perkawinan tersebut lahir putra yang bernama Anglurah Pemecutan II.
Ida Anglurah Pemecutan II menikah dengan I Gusti Ayu Bongan dari Mengwi. Buah dari perkawinan tersebut lahir putra yang bernama Ida Anglurah Gede Oka Kaleran yang selanjutnya mendirikan Puri Kaleran.

Kyayi Lurah Singarsa (Anglurah Sidhemen III) Membantu Meredam Pemberontakan Kryan Agung Maruti di Gelgel





Berawal dari  Kyayi Lurah Singarsa (Anglurah Sidhemen III) menghadap Dalem Seganing, memohon agar cucu baginda berkenan menerima putrinya sebagai: permaisuri, dan menyerahkan daerahnya kepada Ida I Dewa Anom Pemahyun (putra Dalem Seganing) sebagai penguasa daerah Singarsa (Sidemen) dengan Bagawanta Mpu Sukaton (Ida Pedanda Wayahan Buruan). disini berdasarkan itu

Dalem Sagening menetapkan putra-putra baginda di daerah-daerah tertentu, dengan jabatan sebagai anglurah antara lain :
  • I Dewa Anom Pemahyun, ditempatkan di desa Sidemen (Singarsa) dengan jabatan Anglurah pada tahun 1641 M, dengan patih I Gusti Ngurah Sidemen Dimade atau Kyayi Lurah Singarsa atau Anglurah Sidemen III dengan batas wilayah di sebelah timur sungai Unda sampai sungai Gangga, dan batas wilayah di sebelah utara sampai dengan Ponjok Batu.
  • Dimana menurut catatan Babad Dalem Anom Pemahyun, misalnya, pada tahun Caka 1563 atau tahun 1641 Masehi, Desa Tabola masih berada di bawah kekuasaan seorang penguasa lokal yang bernama Kyai Lurah Sidemen (Anglurah Sidemen III) yang waktu itu Sidemen berada di bawah kekuasaan Kyai Lurah Sidemen, yang memerintah berdasarkan petunjuk Raja Gegel yang sudah wafat, Sri Aji Segening. . Selanjutnya, pada suatu ketika Kyai Lurah Sidemen, menyerahkan kekuasaannya di Sidemen kepada Ida I Dewa Anom Pemahyun Dimade, putera Sri Aji Anom Pemahyun yang merupakan mantan Raja Gegel yang melengserkan diri dan menyerahkan kekuasaannya pada adiknya. dimana Ida I Dewa Anom Pemahyun Dimade menikahi putri dari Kyai Lurah Sidemen (Anglurah Sidemen III) yang bernama I Gusti Ayu Sapuh Jagat, berputra 
  • Ida I Dewa Agung Gde Ngurah dan
  •  Ida I Dewa Agung Ayu Gde Raka Pemahyun.
Diceritakan sebelumnya..Dalem Seganing wafat tahun Çaka 1517. Digantikan oleh putra yang sulung yaitu Ida I Dewa Anom Pemahyun. Terjadi perebutan kekuasaan, Ida I Dewa Anom Pemahyun pindah ke Purasi. Tahta kerajaan digantikan oleh adiknya Ida I Dewa Dimade (Dalem Dimade) dengan patih Kryan Agung Maruti Dimade, Ida I Dewa Anon Pemahyun serta putranya yaitu Ida I Dewa Anom Pemahyun Dimade bermukim di Purasi. Sempat menyebarkan para Arya dan Pasek ke desa- desa untuk mengaturnya. Kemudian, baginda pindah ke Tambega (Desa Ababi ) Pedanda Sakti Peling, pindah dari Gelgel ke Ulah Desa Sidemen. Ida I Dewa Anom Pemahyun Dimade pindah dari Tambega ke Sidemen, disinilah pertemuan Ida I Dewa anom Pemayun  dengan I Gusti Ayu Sapuh Jagat, terjadilah pernikahan sehingga berputra Ida I Dewa Agung Gde Ngurah dan Ida I Dewa Agung Ayu Gde Raka Pemahyun. Barang- barang pusaka, keris Ki Sudamala, dan lain-lain semua dibawa ke Sidemen. Terjadi perebutan kekuasaan di Gelgel, Dalem pindah ke Guliang, kekuasaan dipegang oleh Kryan Agung Maruti. Kryan Agung Maruti hendak menggempur Sidemen, tetapi gagal. Ida I Dewa Anom Pemahyun Dimade berusaha mengadakan pendekatan dengan putra-putra Dalem Dimade di Guliang. Utusan berkali-kali dilakukan oleh Kyayi Lurah Sidemen Cerawis (Anglurah Sidemen III) atas usahanya inilah berhasil membujuk Ida I Dewa Angung Jambe. Kemudian Ida I Dewa Agung Jambe, pindah dari Guliang ke Sidemen dan bermukim di Ulah bersama dengan kemenakan baginda yaitu Ida I Dewa Agung Gde Ngurah. Mengadakan permusyawaratan untuk menyerang Kryan Agung Maruti di Gelgel. Kemudian penyerangan dilanjutkan, Atas upaya Anglurah Sidemen pada tahun 1677 setelah 26 tahun Gelgel dibawah kekuasaan Kryan Dalem Maruti, dilaksanakan penyerangan kembali atas Gelgel bersama sama dengan para penguasa wilayah yang masih setia terhadap raja Dalem Dimade. Dengan kesepakatan yang diambil dalam pertemuan di Ulah Sidemen dibawah pimpinan Ida I Dewa Jambe putra dari Dalem Dimade penyerangan atasGelgel dilaksanakan dari segala penjuru yakni dari Selatan dengan bermarkas disebelah barat Jumpai dibawah pimpinan perang I Gusti Ngurah Pemedilan dari Badung, dari arah barat laut oleh pasukan Denbukit dibawah pimpinan I Gusti Panji Sakti dengan Panglima perang KiTambang Sampan dengan Taruna Goaknya bermarkas di Penasan Aji. Sedangkan dari arah utara – timur laut pasukan Sidemen, Bangli dan Bengkel dibawah pimpinan
Ida I Dewa Anom Pemayun & Kyayi Lurah Singarsa (Anglurah Sidhemen III) bermarkas disebelah selatan Desa Sumpulan (Paksebali sekarang), pada suatu wilayah bengang yang disebut wilayah kekeran (keker =kokoh =benteng = markas komando). Karena dari sini seluruh penyerangan atas Gelgel dikordinasikan, Ida I Dewa Jambe bermarkas di Dawan dengan pasukan dibawah kawalan Pangaren Paketan. Perang tak dapat dielakkan yang berakhir dengan larinya Maruti kedaerah Jimbaran dan Gelgel dibumi hanguskan sampai rata dengan tanah.
dan Gelgel (Kryan Maruti) dapat ditaklukkan pada tahun Çaka 1626.dan Ida I Dewa Agung Jambe bertahta di Smarajaya (Klungkung) raja pertama.

Sumber:
Babad dalem
Babad Buleleng
Sejarah Desa Tabola