wallpaper

”Advertisement”

Kamis, 08 Januari 2015

Ida Bang Manik Angkeran Berpulang Ke Sunyaloka

          IDA DANGHYANG BANG MANIK ANGKERAN BERPULANG KE SUNYALOKA   



Patut diketahui perihal kesaktian Sang Bidadari sehari-hari, menanak nasi dengan sebulir padi. Sehelai bulu ayam, jika dimasak, menjadi ikan ayam. Keadaan demikian itu jelas tidak boleh dilihat oleh orang lain. Hal itu sudah dipermaklumkan kepada Sang Pendeta, agar beliau jangan mencoba kesaktian Sang Bidadari, agar kesaktian Sang Bidadari tidak hilang. Itu sebabnya keberadaan sehari-hari Sang Pendeta dengan isteri dan putranya di Besakih, tiada kurang suatu apapun.

Setelah berapa tahun lamanya, Ida Danghyang Bang Manik Angkeran melaksanakan swadharma berkeluarga dengan istri beliau bertiga beserta putranya tiga orang di Besakih, maka tibalah waktunya perjanjian Sang Bidadari harus kembali ke Sorgaloka. Keluar pikiran Ida Sang Pendeta mencoba kesaktian sang istri. Beliau mengintip isterinya Sang Bidadari sedang memasak, manakala isterinya menaruh sebulir padi. Setelah lama nian memasak, dibukanya kekeb - penutup alat masak- itu oleh Sang Bidadari. Dilihat padinya sebulir itu masih seperti sediakala. Saat itu, berpikir Sang Bidadari, kemungkinan memang sampai saat itu Sang Bidadari bersuamikan Sang Pendeta. Kemudian beliau menghadap dan menghaturkan sembah: "Inggih kakandaku, Sang Pandita, rupanya sampai di sini dinda mengabdikan diri - bersuamikan kanda. Sudah usai rupanya perjanjian kita. Dinda sekarang, akan memohon diri ke hadapan palungguh kanda, untuk pulang kembali ke Sorgaloka".

Sang Pandita kemudian berkata halus: "Nah, kalau begitu Silakan adinda pulang lebih dahulu, kanda akan mengikuti perjalanan dinda". Sang Bidadari lalu kembali ke Indraloka.

Sejak saat itu Ida Sang Pendeta Danghyang Bang Manik Angkeran selalu melaksanakan Yoga Panglepasan untuk pulang ke alam baka. Dan lagi, beliau menyadari akan segera kembali pulang ke Sunyaloka, lalu beliau memanggil putranya bertiga, memberitahukan bahwa putranya bertiga memiliki kakek di Jawa, yang bernama Ida Danghyang Siddhimantra. Bersama isterinya yang dua orang itu, beliau memberikan petuah yang sangat bermakna: " l Dewa, Bang Banyak Wide, l Dewa, Bang Tulusdewa, l Dewa Bang Wayabiya, anakku bertiga yang sangat ayahanda cintai dan kasihi, ayahanda sekarang bersama ibu-ibumu berdua, akan meninggalkan ananda. Ayahanda akan pulang ke Sorgaloka. Satukan diri ananda dalam bersaudara. Ala Ayu tunggal ! Duka maupun suka hendaknya tetap satu! Kemudian juga agar selalu ingat kepada Bhatara Kawitan, serta senantiasa bhakti menyembah Ida Bhatara semua di sini di Besakih serta Ida Bhatara Basukih. Tidak boleh ananda lalai serta ingkar dengan petuah ayahandamu ini". Demikian nasehat Ida Sang Pendeta, dicamkan betul oleh para putranya bertiga.

Pada hari yang baik, beliau kemudian berpulang ke Nirwana, moksa dengan Adhi Moksa-moksa yang utama, diiringkan oleh isterinya berdua, karena keduanya memang setia dan bhakti kepada beliau


sumber: babadbali.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon bantuan nya dalam menambahkan, bilamana ada kesalahan dalam penulisan blog ini, ataupun penambahan yang kurang demi tersajinya data yang lengkap dan falid mengenai Trah Arya Wang Bang Sidemen